Rabu, 28 Agustus 2013

Nalar AAS


Nalar
"Buku ini cukup berguna sebagai sumber rujukan tentang isu-isu keilmuan yang bersangkut-paut dengan hubungan antara al-Quran dan sains secara khususnya dan antara agama dan sains pada umumnya. Bukan sahaja ia bermuat dengan rujukan ayat-ayat al-Quran tentang alam dan sains yang sudah tersusun secara sistematis mengikut topik-topik yang dikaji dalam pelbagai sains tetapi juga dengan penalaran penulis terhadap fakta dan pengetahuan sains yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut. Isi kandungan buku ini menjadi lebih bermakna lagi kerana penulis turut memuatkan dua bab, masing-masing tentang al-Quran dan akal dan tentang al-Quran dan bahasa Arab justeru kerana akal dan bahasa Arab mempunyai posisi penting dalam tafsir saintifik (al-tafsir al-‘ilmiy). Dr Agus Purwanto harus dipuji dan diberi tahniah kerana menulis buku ini yang boleh memberi banyak manfaat kepada pelbagai kelompok masyarakat."
(Osman Bakar, PhD Profesor Emeritus Filsafat Ilmu University of Malaya Kuala Lumpur Penulis Tauhid dan Sains)

Teori Relativitas Khusus



TRK
Teori Relativitas Khusus (TRK) merupakan salah satu pilar fisika baru, lainnya adalah Mekanika Kuantum. TRK bukan sekedar gagasan mekanis suatu gerak benda melainkan paradigma baru dalam memandang alam yang kemudian melahirkan revolusi pemikiran di awal abad 20. Implikasi tak terbayangkan tetapi riel telah menjadi sejarah yang takterlupakan, Bom Atom Hiroshima dan Nagasaki. Inilah ekivalensi massa energi E = mc^2 yang terkenal. Arsitektur kota relativistik, pebisnis yang awet muda dan pergeseran Doppler serta semua perumusan matematis diberikan secara lengkap di dalam buku ini.

HIKARI 2010


HIKARI
"Jika orang mau belajar gramatika bahasa Arab dan menjadi expert kuasailah Alfiyah Ibn Malik, tetapi jelas untuk itu perlu waktu bertahun-tahun. Sedangkan jika orang ingin menguasainya dalam waktu sesingkat-singkatnya, maka buku Dr. Agus Purwanto ini pilihan yang amat tepat, suatu buku yang qalla wa dalla, simpel tetapi amat cukup". 
(Dr. M. SaadIbrahim, M.A.. Anggota Pimpinan Muhammadiyah Wilayah Jawa Timur, Korbid Tarjih, Tajdid, dan Tabligh. 2005-2010, Pembantu Rektor IV UIN Malang 2007-2009.)

Selasa, 27 Agustus 2013

Pengantar Kosmologi 2009


Pengantar Kosmologi
Teori relativitas umum Einstein, salah satu petualangan intelektual terbesar abad ke-20 selain mekanika kuantum, memberi deskripsi terbaik tentang perilaku materi dan cahaya di bawah pengaruh gravitasi. Ia adalah fisika yang diterapkan pada kosmos skala besar. Relativitas umum membentuk basis bagi kosmologi standar modern dan selalu digali dalam interpretasi-interpretasi hasil observasi. Evolusi jagad raya sejak Ledakan Besar (the Big Bang) sampai Kehancuran Besar (the Big Crunch) seperti terurainya gaya-gaya fundamental, terbentuknya inti atom ringan (nucleosynthesis), rekombinasi materi dan radiasi, serta terbentuknya bintang dan galaksi dibahas di buku ini. Sebagian penjelasan diberikan dalam bentuk soal dan penyelesaian yang memudahkan pembaca memahami.

Jumat, 23 Agustus 2013

UN dan Tikus Busuk di Sekolah Kami


Agus Purwanto*)
Kompas, Senin 22 April 2013


Sepekan menjelang UN, selama tiga hari pintu kantor Tata Usaha kami dibuka lebar-lebar. Sebabnya sederhana, agar bau busuk tikus yang mati bisa keluar ruang terterpa angin. Sebenarnya beberapa orang karyawan telah berusaha mencari sang tikus sebagai sumber bau. Bahkan mereka sampai membongkar dan naik langit-langit, tetapi tak juga ketemu sumbernya. Hingga hari pelaksanaan UN, bau busuk itu tak juga hilang. UN pun akhirnya jalan melengang.
Trlepas dari itu semua, semua ujian termasuk UN sesungguhnya hal baik dan perlu. Sistem pendidikan kita telah lama menggunakan ujian sebagai alat ukur keluaran hasil pendidikan sekolah. Penulis dan Mendikbud yang jarak tahun kelulusan SMAnya tak terlalu jauh juga dinyatakan lulus SMA melalui ujian akhir. Artinya, tidak ada masalah dengan ujian akhir sekolah sebagai penentu kelulusan sekalipun.
Pengakuan Terselubung
Waktu berlalu jaman berubah dan berkembang, ujian akhir sekolah terus berevolusi dan sampai pada bentuk akhir UN. Dalam perjalanannya UN menimbulkan masalah dan sebagian orang menggugat eksistensinya via pengadilan hingga ke Mahkamah Agung (MA).
Pengadilan tingkat pertama hingga MA pun mengabulkan sebagaian permohonan penggugat. Sementara di sisi lain, Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan pun terus melaksanakan UN, tetapi bukan sebagai penentu kelulusan secara mutlak.
Masyarakat menggugat UN karena UN telah memicu kecurangan massif dan sistematis. Kemdikbud tidak pernah mengakui tudingan ini. Namun dalam praktek tahun 2013 ini kemdikbud membuat soal sampai 20 tipe agar kecurangan dapat diminimalisasi.
Artinya, diam-diam kemdikbud, sebetulnya mengakui kecurangan benar-benar terjadi. Sebanyak 20 tipe soal yang harus dibuat dalam jumlah besar dan didistribusi di wilayah seluas Indonesia tentu bukan perkara mudah apalagi remeh. Terbukti, UN 2013 menghasilkan sensasi luar biasa yang mempermalukan bangsa secara keseluruhan.  
Centang-perenang UN 2013 harus menjadi momentum untuk kembali meninjau ulang UN itu sendiri. UN harus dihentikan atau diakhiri bukan dimodifikasi apalagi juga dijadikan sebagai penentu masuk perguruan tinggi negeri PTN karena yang terakhir ini menambah kuatnya  pemicu kecurangan dalam UN.
Kemdikbud via Dirjen Dikti bisa membuat kategorisasi PTN dan jalur masuknya seperti pada akhir 1970an dan awal 1980an, proyek perintis 1, 2, 3 dan 4. Keunggulan sistem ini setiap siswa sejak awal harus segera memetakan kemampuannya, kemudian memilih jalur mana yang akan diikuti. Tidak ada siswa ikut dua jalur kecuali yang gagal di jalur 2 yakni tanpa tes, dan tidak ada siswa yang masuk karena diskriminasi kemampuan ekonomi.
Harus diakhiri
UN harus diakhiri karena UN telah merusak mental siswa, guru, kepala sekolah serta orang dari instansi terkait dalam bentuk rencana dan praktek kecurangan yang sistematis. Kehadiran orang PTN sebagai pihak luar tidak banyak membantu kondisi lapangan.
Secara normatif jelas tidak ada satu pihak pun yang mau mengakui kecurangan ini. Bahkan ada argumen konyol yang mengatakan bahwa kecurangan tidak hanya terjadi sekarang tetapi sejak dulu (jaman Mendikbud di SMA) sudah ada. Benar, dulu kecurangan memang ada tetapi personal, tidak masif dan sistematis.  
Kecurangan UN lebih lanjut menyebabkan dusta dan kepura-puraan. Tentu bukan karakter ini yang mau dihasilkan dalam pendidikan karakter kita di mana UN dan kecurangannya ibarat tikus mati dan bau busuk di awal tulisan ini. Bau busuknya menyebar ke mana-mana dan dirasakan semua orang meskipun tikusnya sendiri tidak ditemukan.
Semoga Mendikbud yang oleh sebagian orang juga dikenal sebagai spiritualis mampu menangkap pesan spiritual dari tikus mati ini. Terlalu mahal taruhan bagi bangsa ini untuk mempertahankan UN yang jelas-jelas merusak mental secara massif. Hentikan UN dan ganti dengan yang lain yang tidak menimbulkan kebusukan.

*) Agus Purwanto, fisikawan teoritik ITS, pernah menjadi kepala sekolah SMA di Surabaya.

Trensains: Pesantren Alternatif Muhammadiyah

(Menyongsong Musyawarah Ittihadul Ma’ahid al-Muhammadiyah 14-16 September 2012 di Kaliurang)

Agus Purwanto*)

Suara Muhammadiyah, no 18, tahun ke-97, September 2012

Butir amanat muktamar Muhammadiyah ke-45 (2005) di bidang pendidikan, iptek dan litbang menyebutkan:”Membangun kekuatan Muhammadiyah dalam bidang pendidikan dan pengembangan sumber daya insani, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan eksplorasi aspek-aspek kehidupan yang bercirikan Islam sehingga menjadi alternatif kemajuan dan keunggulan di tingkat nasional atau regional”. (Tanfidz KeputusanMuktamar Muhamadiyah ke-45 di Malang, 2005:61).
Muhammadiyah merupakan gerakan Islam yang dikenal dengan trademark pendidikan. Ribuan sekolah sejak PAUD sampai dengan Perguruan Tinggi Muhammadiyah berdiri dari Sabang sampai Merauke. Bukan hanya itu, di setiap kota yang ada sekolah Muhammadiyahnya hampir selalu ada lembaga pendidikan Muhammadiyah yang menjadi terbaik atau favorit. Muhammadiyah pun terus berupaya meningkatkan kualitas terlebih di tengah perubahan yang sangat cepat.
Muhammadiyah dan Pesantren
Amanat muktamar di depan adalah wujud dari sikap antisipatif Muhammadiyah terhadap dinamika perubahan masyarakat. Bagaimanapun kemajuan modernitas bagai mata uang dengan dua sisi, yakni sisi kemajuan material dan sisi degradasi moral. Ilmu pengetahuan dan teknologi berkembang sedemikian pesat, tetapi pada saat yang sama liberalnya pergaulan membuat para orang tua mencemaskan keadaan putra-putrinya. Di tengah situasi seperti ini sekolah berasrama (boarding school) mulai dilirik masyarakat.
Pondok pesantren atau pesantren saja adalah lembaga pendidikan berasrama yang khas Indonesia dan mengkhususkan diri pada kajian Islam. Pesantren telah ada di Indonesia sejak ratusan tahun lalu sehingga lembaga pendidikan berasrama bukanlah hal baru. Motivasi awal kehadiran pesantren adalah kaderisasi ulama syariah. Memang, para ulama terkemuka di Indonesia lahir dari dunia pesantren.
Mengingat motivasi dan peran tersebut maka Muhammadiyah sebagai gerakan Islam meniscayakan kehadiran pesantren. Muallimin-muallimat Yogjakarta adalah pesantren andalan Muhammadiyah bagi kaderisasi ulama tersebut. Saat ini, sekretaris Itmam (Ittihadul Ma’ahid al-Muhammadiyah, Persatuan Pondok Pesantren Muhammadiyah) mencatat terdapat 102 pesantren Muhammadiyah di seluruh Indonesia.
Muhammadiyah makin merasakan urgensi kehadiran pesantren sebagai lembaga kaderisasi ulama maupun sebagai tuntutan masyarakat. Meskipun demikian, tidak mudah bagi Muhammadiyah untuk mendirikan pesantren karena ciri khas dari pesantren yang berbeda dari lembaga pendidikan umum yang banyak didirikan oleh Muhammadiyah. Pertanyaannya, pesantren model apa yang khas dan dapat direalisasi Muhammadiyah.
Tahun 2009 pondok modern Muhammadiyah yakni Muhammadiyah Boarding School (MBS) berdiri di Klaten. Misi utama MBS adalah mempersiapkan para santri untuk mendalami ilmu syariah di timur tengah. Singkat kata, MBS membidani lahirnya ulama syariah. Meskipun demikian, MBS juga memberi jalan bagi para santri yang ingin melanjutkan studi pada bidang umum seperti kedokteran.
Pesantren Imam Syuhodo Sukoharjo dan pesantren Darul Ihsan Sragen juga berstatus pesantren modern tetapi berbeda dari MBS pada penekanan muatan ajar. Dua pesantren terakhir menekankan pada materi sekolah umum khususnya IPA dan masih terlibat dalam event olimpiade berbagai bidang ilmu. Tipe pesantren modern seperti MBS, Imam Syuhodo dan Darul Ihsan cuku banyak di masyarakat dan bukan t khas Muhammadiyah. Saat ini, ada tipe pesantren yang sedang ngetren tapi belum banyak di Muhammadiyah yaitu pesantren penghafal al-Quran.
Islam vs Sains
Awal tahun 1960an Hossen Nasr intelektual muslim yang tinggal di Amerika memperkenalkan wacana sains Islam dan terus berkembang sampai saat ini. Di Barat, wacana sains Islam berkembang sejalan dengan wacana pergulatan antara agama dan sains. Ian Barbour doktor di bidang teologi dan fisika melakukan analisa dan mendapatkan empat pola hubungan antara gama dan sains. Keempat hubungan tersebut adalah konflik, independensi, dialog dan integrasi antara agama dan sains.
Nasr juga Ismail al-Faruqi, Naquib al-Attas, dan Ziaudin Sardar serta Osman Bakar memandang bahwa ketegangan antara agama khususnya Islam dan sains modern merupakan keniscayaan. Sebabnya, sejak diambil alih Eropa dari pangkuan Islam, sains dikembangkan secara reduksionis dan mengesampingkan transendensi metafisisnya. Karenanya, upaya mengembalikan sains dalam bingkai ilahiah merupakan tugas besar ilmuwan muslim saat ini dan mendatang.
International Institute of Islamic Thought (IIIT) di Virginia Amerika dan cabang terkemukanya di Kuala Lumpur adalah lembaga bagi realisasi upaya tersebut. Salah satu program IIIT adalah memberi beasiswa mahasiswa pascasarjana bidang sains Islam di International Institute of Islamic Thought and Civilizations (ISTAC) di International Islamic University Malaysia (IIUM) Kuala Lumpur. ISTAC sendiri awalnya adalah lembaga independen yang didirikan awal 1980an oleh Naquib al-Attas bagi upaya unifikasi Islam dan sains, yang kemudian digabung menjadi program pascasarjana pemikiran Islam IIUM.  
Di Indonesia, gerakan ini mulai dilakukan dengan menata ulang IAIN menjadi UIN dan memasukkan fakultas sains dan teknologi di dalam UIN. Dua UIN paling aktif dalam upaya integrasi Islam dan sains adalah UIN Malang dan Yogjakarta. Beberapa cendekiawan secara independen juga terlibat dalam diskursus ini.
Pesantren Baru
 Sejak buku Ayat-Ayat Semesta (AAS) tahun 2008 penulis terlibat aktif sosialisasi wacana interaksi antara Islam dan sains dari kampus ke kampus, pesantren dan majelis-majelis ta’lim. Setelah empat tahun sosialisasi muncul gagasan trensains, pesantren sains, institusionalisasi AAS atau pun sains Islam.
Trensains mempunyai profil lulusan: i) lancar berkomunikasi dengan bahasa Inggris dan ii) bahasa Arab, iii) jago IPA dan matematika serta iv) paham diskursus pergulatan Islam dan sains. Transains berorientasi melahirkan ilmuwan, insinyur dan dokter yang basis al-Quran dan filsafat yang kokoh. Moto trensains, Generasi Pecinta al-Quran dan Sains.
Kemampuan bahasa Inggris dan Arab merupakan ciri umum pesantren modern. Karena orientasi alumni adalah studi lanjut baik di dalam maupun luar negeri maka diupayakan ketika lulus telah mempunyai skor TOEFL. Pemenuhan profil jago IPA dan matematika selain diterapkan dalam proses selama pendidikan juga diterapkan sejak saringan calon santri. Singkat kata, para calon santri harus mempunyai nalar matematika dan IPA yang kuat. Sampai di sini, trensains masih sama dengan pesantren modern yang telah ada.
Profil keempat paham wacana interaksi agama khususnya Islam dan sains menandai sekaligus membedakan trensains dari pesantren yang telah ada selama ini. Di pesantren modern biasa materi al-Islam, dan sains (biologi, fisika, kimia) juga diberikan tetapi tanpa dibahas hubungan dinamis keduanya. Materi untuk pemahaman topik ini adalah al-Quran dan hadits, logika, filsafat, sains, agama dan sains.
 Materi al-Quran diurai dalam seluk-beluk, pengantar tafsir, tafsir ilmiy, tafsir bil ilmiy dan eksplorasi pada ayat-ayat kauniyah. Materi hadits juga demikian, pengantar studi hadits, jenis dan fungsi hadits, serta eksplorasi hadits-hadits terkait alam dan fenomenanya. Hafalan al-Quran dan hadits dipilihkan bagian kauniyah dan yang terkait.
Materi logika dijabarkan dalam pengantar, jenis dan asas pemikiran. Sedangkan materi filsafat dijabarkan dalam pengertian, sifat dan fungsi serta sejarah kelahiran filsafat, filsafat Islam dan filsafat Barat modern. Kelahiran filsafat untuk memberi pemahaman mengenai proses penalaran sederhana dan terbentuknya teori-teori primitip. Filsafat Barat modern untuk memahami sifat dasar ilmu pengetahuan saat ini.  
Materi sains djabarkan dalam pengertian, sifat, topik tertentu dan sejarah sains sejak jaman Mesir kuno sampai sekarang. Riwayat singkat tokoh filsafat ilmu dan ilmuwan diberikan. Bidang sains yang erat dengan wacana islamisasi sains hanya ada dua yaitu astronomi, biologi dan fisika. Topik di biologi yang harus diberikan adalah asal-usul kehidupan, teori evolusi dan genetika. Sedangkan topik di fisika dan astronomi adalah teori atom, jagat raya dan kelahirannya. Teori relativitas dan kuantum diberikan dalam bentuk semi populer.
Buku The Bible, The Qur’an and Science karya Maurice Bucaille Perancis dan al-‘Ijaz al-‘Ilmiy fi as-Sunnah an-Nabawiyah karya Zaghlu an-Najar Mesir dapat dijadikan sebagai rujukan utama bagi tema kaitan antara al-Quran-Hadits dan sains. The Origin of Species karya Charles Darwin, The First Three Minutes karya Steven Weinberg, Brief History of Time dan The Grand Designer karya Stephen Hawking dapat dijadikan pegangan topik sains. Masih banyak lagi buku asing maupun yang ditulis oleh penulis dalam negeri yang dapat diperoleh di toko-toko buku. Materi-materi di depan tentu harus disesuaikan dengan tingkatan trensains, apakah tingkat SMA atau mahasiswa.
Untuk tahap awal, trensains akan direalisasi di Kesamben Mojoagung Jombang dan pesantren darul Ihsan Sragen. Trensains di Jombang bekerjasama dengan KH Shalahudin Wahid. Program dimulai dari awal, telah tersedia tanah sepuluh hektar dan proses pembangunan gedung dimulai September 2012 dan diupayakan telah menerima santri tahun ajaran 2012/2013. Trensains Darul Ihsan Sragen dilakukan dengan memodifikasi pesantren yang telah berjalan. Kedua trensains ini setingkat SMA. Muhammadiyah sangat mungkin untuk merealisasi trensains, baik level SMA maupun universitas.




*) Penulis, Anggota MTT PP 2010-2015, Pengajar Pascasarjana Fisika ITS, Visiting Fellow ISTAC-IIUM. Penulis buku BestSeller Ayat-Ayat Semesta

Insentif Berbasis Publikasi Internasional

Kompas, 19 Nopember 2011

Dunia riset kita masih carut-marut dan derita para periset belum akan berakhir karena gaji dan penghargaan masih jauh dari memadai. Demikian isi utama laporan Kompas selama sepekan sejak 24/10/2011 tentang riset dan aneka masalahnya di tanah air. Dari sekian banyak masalah riset yang disorot, diulas dan diusulkan oleh Liek Wilardjo (Kompas, 30/9/2011), Tri Ratnawati dan Satryo BS (Kompas, 1/11/2011), ada satu yang masih belum mendapat perhatian yakni ilmuwan sejati yang telah eksis. Di tengah keadaan yang jauh dari kondusif, dengan berbagai cara dan komitmennya mereka berhasil membuktikan kerja sebagai ilmuwan sejati.
Jurnal Internasional
Ilmuwan sesuai dengan namanya adalah orang yang melakukan pencarian sesuatu yang baru atau orisinil dengan kerja ilmiah.  Ilmuwan lekat dengan orisinalitas. Inilah yang membedakan ilmuwan dengan yang bukan ilmuwan. Teknisi dan laboran juga melakukan kerja ilmiah tetapi sifatnya rutin dengan prosedur dan hasil yang telah diketahui.
Seorang dosen bergelar doktor atau bahkan professor dapat saja sangat piawai menjelaskan teori-teori rumit. Tetapi selama belum mempunyai kontribusi orisinal yang tertulis dan dimuat di jurnal internasional maka ia belum ilmuwan tetapi hanya teknisi teoritis. Ia dosen atau pengajar biasa yang mungkin sangat pintar atau hafal di luar kepala karena telah mengajar subyek tersebut bertahun-tahun.
Barometer kerja ilmuwan hanya dua, publikasi di jurnal internasional atau patent. Di suatu universitas, bisa jadi ada seribu dosen, sekian ratus doktor dan sekian puluh guru besar tetapi hanya beberapa yang mampu eksis sebagai ilmuwan. Sebagai contoh di UI, menurut Terry Mart (Kompas 24/9/2011), dari sekitar 3000 dosen (bidang eksakta dan humaniora) hanya 200 yang diklasifikasi sebagai dosen inti penelitian, sedangkan sisanya adalah dosen pengajar dan struktural. Dari 200 dosen ilmuwan ini UI berharap menghasilkan 150 publikasi internasional per tahun.
Ilmuwan dalam negeri dengan publikasi internasional jelas merupakan orang hebat bahkan mungkin setengah gila. Dengan berbagai kendala yang ada mereka masih mampu bertahan bahkan menghasilkan karya orisinal. Sekian ratus bahkan sekian ribu orang pintar dikirim studi lanjut di luar negeri setiap tahunnya. Mereka pun mendapatkan gelar akademik tertinggi doktor tetapi hanya sedikit yang terus eksis sebagai ilmuwan ketika telah kembali ke tanah air.
Penelitian yang dipublikasi di jurnal internasional, selain membuktikan kualitas sang peneliti juga memperkenalkan peneliti dan institusinya ke tingkat internasional. Pengakuan internasional (international recognition) secara substansial suatu perguruan tinggi otomatis akan meningkat dengan jumlah publikasi internasional ini. 
Pada saatnya, normal tidaknya perguruan tinggi harus diukur dari output publikasi internasionalnya. Atase pendidikan Indonesia di India, Dr Son Kuswadi,  beberapa waktu lalu menemani beberapa rektor PTN berkunjung ke Indian Institute of Technology di New Delhi. Fasilitas di IIT ini relatif terbatas dan lebih kuno dari fasilitas PTN besar di Indonesia. Di balik keterbatasan ini IIT ternyata tergolong luar biasa, IIT menghasilkan 1958 publikasi internasional per tahun dari total 500 dosennya.
Keadaan tersebut terbalik dengan ITB, Rektor ITB yang bergabung dalam rombongan tersebut berkomentar, ITB hanya mempunyai 500 publikasi internasiomal per tahun dari sekitar 1200 dosen yang dimilikinya. Sedangkan ITS baru 103 publikasi  per tahun dari sekitar 1100 dosen yang dimiliki.
Insentif Khusus
Kemenristek perlu membuat program insentif khusus dan besar bagi akademisi atau peneliti yang telah menghasilkan produk berupa publikasi di jurnal internasional. Besar insentif untuk satu publikasi internasional dengan semua penulis Indonesia adalah Rp 100 juta. Program insentif telah ada tetapi baru sekedar cukup untuk membayar biaya muat publikasi ketika artikel diterima suatu jurnal.
Angka dosen ilmuwan dan angka harapan publikasi per tahun UI cukup menggambarkan kemampuan umum ilmuwan kita. Angka-angka tersebut secara kasar menyatakan satu ilmuwan menghasilkan satu publikasi dalam satu tahun empat bulan. Artinya, insentif Rp 100 juta menjadi tambahan gaji sebesar 6 juta rupiah per bulan. Angka yang belum seberapa jika dibanding gaji peneliti di Malaysia yang sekitar Rp 45 juta per bulan, tetapi sangat berarti bagi para dosen ilmuwan di Indonesia. Kalau pun ada dosen mampu menghasilkan dua atau tiga publikasi internasional per tahun maka insentif tetap harus diberikan secara utuh karena memang layak diberikan atas kemampuannya.
Setiap tahun, pemerintah telah menggelontorkan dana hibah penelitian pada perguruan tinggi yang diperebutkan dan dibagikan berdasar proposal penelitian. Masalahnya, hasil penelitian yang dibiayai dana hibah ini hanya berupa laporan yang sifatnya formalitas tidak sampai pada taraf publikasi internasional. Tidak ada mekanisme penilaian yang efektif atas hasil penelitian. Barangkali inilah alasan mengapa kemenristek belum berencana menaikkan gaji para peneliti (Kompas, 26/10/2011).
Pemberian insentif berbasis karya berupa publikasi di jurnal internasional akan memotong rantai penelitian basa-basi. Program ini sekilas terasa aneh, bagaima mungkin seseorang dapat berkarya jika tidak ada anggaran dan fasilitas seperti dikeluhkan selama ini. Kenyataannya memang ada periset atau ilmuwan yang eksis dalam berbagai keterbatasan ini. Mereka harus diapresiasi secara khusus. Merekalah ilmuwan sekaligus pahlawan sejati yang mampu menghidupkan tradisi riset secara signifikan dan meningkatkan pengakuan internasional bagi lembaga riset dan pendidikan tinggi Indonesia.

Oleh: Agus Purwanto, fisikawan teoritik ITS